Probolinggo, Jawa Timur || Gerbang News
luka pendarahan, dan akan menyebabkan kebutaan pada bayi jika terjangkit dari orangtuanya,” terangnya.
Sangat penting bagi remaja, menurut Agnes, untuk melindungi dari terjangkit penyakit infeksi menular seksual demi menyongsong generasi Indonesia Emas, dengan menerapkan sejumlah larangan untuk diri sendiri seperti menghindari seks bebas sebelum menikah, berhati-hati menangani segala hal yang tecemar dengan darah segar, mencegah pemakaian jarum suntik yang tidak steril, dan tidak lupa untuk menjaga kesehatan alat kelamin.
“Sekarang Kemenkes sudah melaporkan kasus terbaru AIDS sepanjang tahun 2023 sebanyak 16.410 kasus yang menyerang kelompok usia produktif yaitu sekitar usia 25 sampai 49 tahun sebagai kelompok umur paling banyak mengidap HIV,” papar Agnes.
Sementara itu, Kepala Desa Glagah, Abdurrahman dalam sambutannya mengaku, bahwa Ia senang dengan program yang dilaksanakan oleh mahasiswa KKN 111, Ia berharap program ini dapat dikembangkan lebih lanjut kedepannya. Karena menurutnya, para remaja di Desa Glagah membutuhkan wadah untuk mengembangkan potensi-potensi yang bersifat positif seperti di bidang kesenian, keagamaan, dan pendidikan.
“Remaja disini cuma butuh tempat untuk mengembangkan potensi mereka, tapi disini belum ada nduk,” kata Abdurahman.
Selain memberikan edukasi kesehatan reproduksi, diketahui kegiatan para mahasiswa kelompok 2 KKN 111 UINSA yang berlangsung pada Sabtu (13/7/2024) ini juga membagikan tablet penambah darah kepada remaja perempuan untuk mencegah anemia atau kekurangan zat besi yang dapat berpotensi menyebabkan stunting dan lemahnya kekebalan tubuh.
Karena di Desa Glagah angka pernikahan dini dan stunting masih terbilang cukup tinggi, kegiatan ini disambut baik oleh warga setempat, salah satunya Ida, seorang ibu rumah tangga, Ia mengaku bersyukur dapat edukasi dari para mahasiswa KKN melalui program ini.
“Anak muda disini mikirnya ke nikah dek, jarang mikir ke arah sekolah. Ada sih, tapi tidak banyak,” terangnya.
Selain itu, di sisi lain salah seorang remaja Desa Glagah bernama Rika, yang diwawancarai juga tidak menampik maraknya pernikahan dini diantara remaja Glagah. “Anak-anak sini ya jarang mbak kalau sampai sekolah tinggi. Syukur bisa lulus SMP,” pungkas Rika