Jawa Timur || Gerbang News
Secara bulanan, pada Januari 2022 Jatim mengalami inflasi sebesar 0,46 persen (mtm), atau lebih rendah dari inflasi bulanan Nasional sebesar 0,56 persen (mtm). Pencapaian inflasi bulanan Jatim ini juga lebih rendah dibandingkan Desember 2021 sebesar 0,69 persen (mtm).
Humas BI Jatim, Risky Satya Abe, pada siaran persnya, Kamis (3/2/2022) menyebutkan, inflasi tahunan Jatim sebesar 2,60 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan Nasional sebesar 2,18 persen (yoy). Secara spasial, semua kab/kota di Jatim mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Malang sebesar 0,52 persen (mtm), sedangkan inflasi terendah terjadi di Kabupaten Sumenep sebesar 0,24 persen (mtm).
Pendorong inflasi Jawa Timur pada Januari 2022, terutama bersumber dari kelompok volatile food dan kelompok administered price. Pada kelompok volatile food, inflasi disumbang oleh komoditas beras sebesar 1,62 persen (mtm), tomat 36,87 persen (mtm), dan daging ayam ras 2,44 persen (mtm). Sementara pada kelompok administered prices, inflasi disumbang oleh komoditas rokok kretek filter 2,54 persen (mtm) (urutan berdasarkan andil inflasi).
Inflasi pada komoditas beras terjadi karena rendahnya volume panen pada November-Desember 2021, akibat kondisi iklim Jatim di awal bulan yang mendekati klasifikasi La Nina atau intensitas hujan cukup tinggi (bencana hidrometeorologi) serta mundurnya masa tanam, ditengah permintaan masyarakat yang cukup tinggi.
Kenaikan harga tomat, terjadi sejalan dengan curah hujan tinggi dan berkepanjangan sehingga berpengaruh pada kualitas produksi. Harga daging ayam ras meningkat didorong adanya cutting produksi yang besar di bulan Oktober-November 2021.
Sementara kenaikan pada rokok kretek filter berlanjut dengan dinaikkannya kembali tarif cukai hasil tembakau pada tahun 2022 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 192/PMK.010 Tahun 2021 efektif per 1 Januari 2022.
Terkait fluktuasi harga minyak goreng, sampai dengan ditetapkannya kebijakan satu harga oleh pemerintah, komoditas minyak goreng saat ini belum menjadi komoditas yang menjadi sumber tekanan inflasi di Jatim.
Terkait dengan tingginya harga minyak goreng, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Prov Jatim merespon kenaikan harga minyak goreng dengan melakukan:
Pemantauan harga minyak goreng di Malang dan Surabaya untuk memastikan kebijakan satu harga minyak goreng telah diterapkan di pasar retail modern Jatim.
Inspeksi mendadak kepada pabrik minyak goreng Surabaya (Sinarmas, SIMP dan Megasurya Mas) untuk memastikan pasokan dari pabrikan ke distributor dan retail berjalan dengan normal bersama Satgas Pangan.
Sosialisasi kebijakan satu harga dan
mekanisme rafaksi minyak goreng kepada anggota APRINDO Jatim dengan narasumber Kemendag. Dalam pertemuan tersebut juga mengundang pabrikan seperti Wilmar, Smart dan Group Musimmas.
Tujuan pertemuan agar proses rafaksi berjalan lancar, serta APRINDO mengajak retail modern lain untuk bergabung dengan APRINDO untuk mendapat informasi lebih cepat terkait kebijakan pemerintah. Operasi pasar minyak goreng dengan menggandeng pabrikan menyalurkan 114.000 liter minyak goreng.
Dikatakannya, penahan inflasi pada bulan Januari 2022 adalah deflasi pada kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,18 persen (mtm) dan transportasi sebesar -0,09 persen (mtm).
Deflasi pada kelompok informasi, jomunikasi, dan jasa keuangan masih melanjutkan tren yang rendah di bulan November-Desember 2021.
Hal ini didorong penurunan biaya transfer antar bank dari semula Rp 6.500,00 menjadi Rp 2.500,00 akibat implementasi BI-FAST. Deflasi pada kelompok transportasi terjadi seiring dengan meningkatnya virus omicron yang terjadi pada Bulan Januari 2022 sehingga mobilitas masyarakat cenderung menurun. ( Syam )