Cilegon || Gerbang News
Sudah berulang kali terjadi dan tak asing lagi dimata maupun telinga kita tentang masalah sosial yang terjadi pada masyarakat miskin. Permasalahan serupa kembali timbul dibeberapa daerah, seperti halnya di Kota Cilegon, yang diketahui terjadinya lonjakan harga Gas melon 3 Kg yang melambung tinggi, sebagaimana dilansir oleh dari media www.siber.news.
Harga Liquified Petroleum Gas (LPG) tabung 3 Kg di Kota Cilegon Banten, dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). LPG itu dijual bervariasi, mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 28 ribu per tabung. Diduga adanya persekongkolan agen yang menjadi penyebab mahalnya harga LPG.
Hal ini pun menuai tanggapan dari H. Suwarni, Ketua Mada II Kota Cilegon PPPKRI – Satuan Bela Negara, Senin (25/05/2021) di ruang kerjanya.
Disebutkannya, bahwa tim telah menginvestigasi sejumlah pangkalan yang berada dibeberapa tempat se wilayah Kota Cilegon.
Alhasil, ditemukan harga jual barang subsidi itu jauh di atas HET yang ditetapkan Pemerintah Daerah melalui SK. PERWAL kota Cilegon No. SK.520/Kep 521-disperindagkop/2014 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram Untuk Keperluan Rumah Tangga dan Usaha Mikro di Kota Cilegon yang terpampang dalam plang pangkalan masing-masing.
Yang mana menurut Perwal itu HET pangkalan Rp 15.500 per tabung, tetapi sejumlah pangkalan yang berada di wilayah regional dimaksud menaikkan harga Rp 19 ribu hingga Rp 20 ribu.
“Tidak semua warga membeli dari Pangkalan, sehingga harga per tabung bisa mencapai Rp 25 ribu hingga Rp 28 ribu,” ucapnya.
Sementara itu, Ali Mawardi, S.E., pemilik pangkalan di bawah naungan Agen PT. Sumber Rezeki Graha yang beralamat di Link Medaksa, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Pulo Merak menuturkan, kami menjual gas kepada pengecer harga yang normal.
“Adapun kenaikan harga di masyarakat itu bergantung kepada pengecer itu sendiri. Kita menjual hingga sejauh ini tidak keluar dari HET yang diitentukan,” terangnya.
Selain itu juga ia mengakui jika Gas 3 Kg diwilayahnya masih mengalami kekurangan kuota. Pasalnya peredaran atau penjualan gas ini sangat sulit dipantau, apalagi Gas 3 Kg telah sampai pada pengecer. “Jadi sulit dibedakan, siapa yang membeli. Tidak hanya masyarakat miskin, namun PNS, TNI dan Polri di wilayah sini masih saja ingin membeli Gas 3 Kg, yang jelas bukan peruntukannya,” ucapnya
“Kita menebus dari agen seharga Rp 14.000 per tabung, dan barang langsung dikirim ke Pangkalan sebanyak 6000 tabung sebulan jatah kuota pangkalan saya,” tambah Ali.
Hal yang samapun dilontarkan oleh Pangkalan Wilper Limbong di link. Sumur RT.02/006 Merak. Pihaknya mengaku mendapatkan kuota dari Agen sebanyak 2100 tabung setiap bulannya dari Agen PT Banten Keluarga Sejahtera, ia menjualnya kepada pengecer dengan harga Rp 15.500. Selain kepada pengecer, pihaknya mengaku juga menyediakan sebanyak 15 tabung untuk melayani pembelian masyarakat secara langsung dengan harga yang sama sesuai HET.
“kami berupaya mentaati aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Karena kuota kami segitu jumlahnya, ya seadanya, tidak pernah melayani kiriman dari luar Agen kami,” ucap Limbong.
Sekarang ini dirasakan sangat sulit dalam berusaha pangkalan Gas, sementara segala keperluan administrasi untuk pelaporan tidak disediakan oleh Agen, seperti nota-nota dan yang lainnya. “Termasuk Alat Pemadam Api Ringan ( APAR), kami yang beli sendiri,” ungkapnya.
KONGKALIKONG AGEN DAN PANGKALAN
Dugaan konspirasi busuk antara Agen dan Pangkalan menjadi modus para mafia gas 3 Kg untuk warga dhuafa yang ada di Kota Cilegon. Sesungguhnya masyarakat Kota Cilegon tidak merasakan adanya subsidi dari negara itu.
Sejumlah masyarakat yang berada di wilayah kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon, mengaku menjerit dengan harga Gas yang mahal ini. Mereka membeli Gas 3 Kg seharga antara Rp 25.000,- hingga Rp. 29.000,-.
Terkait kelangkaan dan mahalnya harga Gas 3 Kg ini, banyak juga para pengecer yang mengaku mereka belanja sendiri di luar wilayah pangkalan yang ada di Kecamatan Pulo Merak.
Salah satu penjual eceran di pasar Merak ( UD ) mengaku dirinya belanja dari luar dari para pengecer lain dengan harga yang normal dieceran warungan seharga Rp. 25.000,- pertabung.
“Karena saya ingin berusaha untuk mencukupi ekonomi keluarga hingga beli saja keluar. Maka karena saya usaha sebagai pengecer, wajar kalau saya cari lebih, maka saya jual Rp 28 ribu pertabung,” jelasnya.
Ely Jaro Koordinator Masyarakat Peduli Pembangunan Anti Korupsi (MAPPAK) mengaku geram atas perilaku yang bermodus agen dan pangkalan. Pasalnya, subsidi yang diberikan pada masyarakat miskin habis dilalap oleh oknum Agen dan Pangkalan. Lantas jika demikian, masyarakat mana yang disubsidi Gas 3 kg, jika mereka beli hingga 28 ribu pertabung.
Kongkalikong dan konspirasi busuk antara oknum para pelaku Agen dan Pangkalan Gas 3 Kg yang telah semena-mena memainkan harga gas meroket ini sangat kejam, apalagi saat pandemi seperti ini.
“Aneh memang kejadian di Kota Cilegon ini, seolah Pemkot Cilegon tutup mata atas perilaku mereka. Padahal Peraturan Walikota telah mengatur segalanya terkait HET Gas 3 Kg, tapi penegak Perda dalam hal ini Satpol PP beserta unsur stekeholder lainnya tutup mata,” ucap Eli. (dd_tim/red)
Comments are closed.