Dinas Kominfo Jatim || Gerbang News
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, kolaborasi dan sinergi merupakan salah satu pintu masuk untuk menyelesaikan layanan kuratif atau upaya penyembuhan. Dengan begitu, diharapkan mampu meningkatkan angka kesembuhan dan menurunkan angka kematian pasien covid-19.
“Ada BNPB, Kemenkes, Jajaran Polda, Kodam, dan Pemprov. Artinya, kolaborasi ini menjadi pintu masuk untuk bisa meningkatkan angka kesembuhan dan penurunan angka kematian pasien covid-19,” ujar Gubernur Khofifah saat rapat lanjutan penanganan covid-19 di 8 provinsi utama bersama Menko bidang kemaritiman dan investasi secara virtual di Gedung Negara Grahadi, Selasa (15/09/2020).
Lebih lanjut dikatakannya, di RS Darurat Lapangan Jl. Indrapura Surabaya, ada 1.980 pasien per Senin (14/09) dengan kesembuhannya 100 persen dan 0 persen meninggal. “Yang bisa kami lakukan untuk penurunan angka kematian, yakni kami memberlakukan pembatasan sosial berskala mikro akan menjadi bagian yang lebih solutif,” katanya.
Memahami Pewarnaan Zonasi
Pada rapat ini, Gubernur Khofifah juga menyinggung terkait kampung tangguh. Menurutnya, yang menjadi salah satu harapan, yakni kampung tangguh diharapkan mampu membangun solidaritas sosial dan membangun integrasi bangsa di antara keberagaman yang ada selain sebagai upaya meminimalkan penularan virus.
Dikatakannya, kurang lebih dua bulan sudah dilakukan koordinasi, bagaimana untuk menurunkan kematian bisa lebih signifikan dari kesembuhan yang sudah relatif membaik. “Yang pertama kali disampaikan operasi yustisi, kemudian upaya menurunkan kematian dan meningkatkan kesembuhan di klaster-klaster baru di Jawa Timur,” terangnya.
“Kami kemarin sempat mengikuti operasi yustisi yang dilakukan di Pamekasan. Dalam waktu 1 jam, ada 81 yang mendapat teguran dan sanksi administratif. Memang harus terus dilakukan konfirmasi kepada seluruh masyarakat, bahwa operasi yustisi sudah dilakukan sejak tanggal 14 April kemarin,” imbuhnya.
Berikutnya, Gugus Tugas melakukan patroli berskala besar, format-format yang diterapkan yang ada dikeramaian langsung dengan membawa tim dilakukan rapid test. “Pasien yang reaktif, kami langsung kirim ke rumah sakit. Sekarang dalam peningkatan manajemen perawatan pasien covid-19, terutama untuk menurunkan angka kematian dan meningkatkan kesembuhan,” katanya.
Lebih lanjut Gubernur menjelaskan, terkait pemotretan dengan zonasi yang diikuti oleh detail peta oleh masing-masing daerah, dengan zonasi warna tertentu.
“Misalnya Banyuwangi, tiba-tiba kemudian menjadi merah. Padahal tadinya Maret sampai 2 minggu yang lalu itu hanya 101 yang terkonfirmasi, tiba-tiba ada satu cluster terdapat 662 langsung merah. Nah, ini yang perlu disampaikan ke masyarakat bahwa tidak bisa digeneralisir se Banyuwangi itu risiko tinggi semua. Ini karena sesungguhnya risiko tinggi itu ada di cluster desa saja, tidak di cluster pesantren. Tapi kan yang tidak terkonfirmasi secara detail dianggap seBanyuwangi itu beresiko tinggi semua,” ujarnya.
Jika memang kondisinya seperti ini, akan langsung di lockdown lokal atau karantina lokal atau PSBM. “Jadi, kita melakukan pembatasan sosial berskala mikro, langsung di situ kita siapkan dapur umum kemudian kita siapkan semua logistik dan pengasuh pesantren dan masyarakat yang terdapat di sekitar. Kita juga siapkan sembako,” jelasnya.
“Jadi, hal seperti ini mungkin harus lebih sering kita sampaikan, bahwa zonasi ini bukanlah mencerminkan risiko tinggi atau risiko sedang atau risiko rendah di masing-masing Kabupaten atau Kota,” pungkasnya.( Syam )
Comments are closed.