Semakin Panjang Derita Warga Surabaya, KBRS Perjuangan: Tunjukkan Wong Suroboyo Generasi Penerus Pejuang 45

Surabaya || Gerbang News

Pada tanggal 25 Mei 2020 bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri di hari kedua, bukan kabar baik yang diterima warga di tiga Kota dan Kabupaten yang disebut dengan istilah baru Surabaya Raya. Untung bukan Eks Karisedenan Surabaya. Kalau istilah tersebut yang dipakai, akan lebih seru derita sebagian warga Jawa Timur. Karena Eks Karisidenan Surabaya tidak hanya meliputi Kota Surabaya, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sidoarjo saja. Tapi juga meliputi Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang. Asyik kan ?

Dengan berakhirnya masa Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ) Jilid ll, tidak dibarengi dengan berakhirannya penderitaan warga Surabaya. Bahkan perkiraaan penulis akan terbitnya PSBB Jilid III benar-benar terjadi, sehingga penderitaan berjilid entah sampai kapan endingnya.

Salah warga ?

Tidak bisa di JUDGETIFIKASI secara sembrono seperti itu. Monggo diurai awal rangkaian permasalahnya !

Dengan hitungan semakin meningkatnya penderita yang tejangkit virus corona, tidak berarti kesalahan warga yang tidak mematuhi aturan yang diterapkan. Malah terkadang pihak penerap aturan di lapangan yang lalai atau bahkan segan atau apalah alasannya mentolelir pelanggaran-pelanggaran yang menjadikan warga semakin tanpa merasa bersalah untuk melakukan kesalahan itu sendiri.

Masyarakat GILA ?

Jawabannya PASTI BANGET TIDAK ! ( Karena hanya orang gila yang tidak sadar ketika dia melakukan kesalahan, bahkan diniatkan ). Masyarakat sadar betul ada bentuk aturan yang di langgar dan itu harus dilakukan, bahkan wajib dilaksanakan. Karena kalau tidak dikerjakan, masyarakat akan mengalami kesakitan baru yaitu sakit karena menahan lapar.

Ada Bantuan Dari Pemerintah

Masyarakat tahu dan paham benar, bahkan macam-macam bantuan yang dikabarkan tidak hanya satu macam, tetapi banyak macam. Namun permasalahannya, apakah masyarakat menerima bantuan-bantuan tersebut ?Jawabannya tidak semua, dan lebih banyak yang tidak menerima dibandingkan yang menerima. Ini bukan rekaan semata. Monggo pihak-pihak terkait menurunkan tim untuk meruntut kebenaran dari realita tersebut.

Bahkan niatan wakil warga, wakil masyarakat ataupun wakil rakyat di gedung dewan sampai meributkan masalah mereka yang akan membentuk pansus. Entah apa tujuannya mereka membentuk pansus tersebut yang kenyataannya gagal. Gagal karena ini dan itu. Rakyat yang diwakili malah tidak perduli dengan kejadian tersebut.

Masyarakat jalan terus dengan keyakinannya bahwa yang dilakukan selama ini benar, dengan melanggar aturan penerapan PSBB, yang penting perut mereka dan keluarga tercukupi walau jauh dari kenyataan itu. Ini menimpa pada sebagian warga yang sebagian penghasilannya mengharapkan pada SEKTOR INFORMAL atau golongan masyarakat ini yang paling berimbas.

Penderita Virus Corona ( Covid-19 ) semakin bertambah ?

Ya iya lah !
Bagaimana tidak semua kematian yang bersifat mendadak ( dalam waktu singkat ) dan terjadi di rumah sakit pemakamannya dilakukan dengan protokler penderita corona. Tidak bisa tidak, kembali masyarakat menjadi korban. Tidak hanya keluarga yang menanggung beban PSYKOLOGIS karena bagian keluarganya secara tidak langsung di vonis sebagai penderita Corona ( Karena ketidaktahuan masyarakat secara dalam tentang rekam medis penderita ). Bahkan akibat pengetahuan warga yang terbatas masyarakat sekitar juga berimbas, mereka menjadi ikut-ikutan memvonis keluarga penderita dan mengucilkan keluarga yang ada. Masyarakat terjangkit penyakit baru yang ditimbulkan karena ketidaktahuan dan minimnya pengetahuan tentang Virus yang bernama Corona tersebut. Padahal penderita menurut surat kematian dari dokter dinyatakan kematian akibat penyakit menular, dan benar menurut keluarga penderita selama ini penderita mempunyai riwayat sakit PARU-PARU.

Monggo pemerintah dalam hal ini mengedukasi masyarakat tentang Virus Corona yang sebenarnya, sehingga masyarakat tidak menjadi takut, bahkan Presidenpun menghimbau agar BERSAHABAT DENGAN CORONA.

Bagaimana dengan pemerintah kota ?

Sudahkan masyarakat mendapat konsekwensi dengan di berlakukannya PSBB Jilid I, PSBB Jilid II dan mulai 26 Mei 2020 – 9 Juni 2020 diperpanjang menjadi PSBB lll ?
Kalau tidak ada kompensasi agar masyarakat bisa tetap tinggal tenang di rumah tidak kekurangan bahan pangan bagi mereka, ya jangan salahkan mereka !
Hanya sebagian kecil masyarakat Surabaya yang mempertanyakan kemana larinya anggaran yang diperuntukkan bagi masyarakat yang terdampak Corona. Tetapi besaran anggaran tersebut mereka tidak sanggup menghitung dan hanya bisa berandai-andai kapan mereka mendapat bagian.

Semoga yang terkait mendengar, membaca dan lalu peduli dengan makna tulisan ini, tidak lalu menSTEMPEL penulis sebagai orang yang anti pemerintah kota ataupun pemerintah provinsi.

Kalaupun penulis dianggap seperti diatas, alangkah senangnya penulis mendapat PREDIKAT CAP yang sangat istimewa tersebut.

Untuk warga Surabaya, SELAMAT MENIKMATI EPISODE PSBB PART III !

Monggo bareng-bareng dinikmati dengan SANTAI. Kita tunjukkan bahwa WONG SUROBOYO adalah generasi penerus dari Pejuang 45 yang tanpa pilih tanding. Jangankan Covid-19, Covid-99 ( Hitungan notoq dua angka ) pun siap dihadapi.

WONG SUROBOYO !
Gitu loh !

YANTO BANTENG.
Rahayu.
Nuwun.

KBRS Perjuangan: Tunjukkan Wong Suroboyo Generasi Penerus Pejuang 45Semakin Panjang Derita Warga Surabaya