Kita Selamatkan Indonesia Lewat Jokowi “Presiden Bisa di Pilih Lebih Dua Periode”

Surabaya || Gerbang News

Penulis: Yanto Banteng

Mendadak ingat kalimat VOC VULI VOC DIE ( Suara rakyat suara Tuhan ). Kalimat tersebut selama dua dekade jarang terdengar, bahkan nyaris tidak pernah digaungkan. Dasyat benar suara rakyat ini, sehingga disamakan dengan suara pembuat suara itu sendiri. Ya Tuhan !

Dalam dunia penyelamatan rakyat, ternyata kalimat tersebut tidaklah bermakna, malah cenderung hanya sebagai kalimat penghiasan kata saja. Telunjuk dan mulut penguasalah yang sangat berperan dalam menentukan keadaan, maka rebutlah kekuasaan untuk menentukan keadaan.

Tujuh dekade lebih negeri ini merdeka. Tujuh pemimpin pula yang pernah memimpin negeri ini, tapi setiap pemimpin tidak sama masa memimpinnya. Setelah masa REFORMASI, baru ada ketentuan aturan atau undang-undang yang mengharuskan setiap warga negara harus patuh dan tunduk pada aturan tersebut. Jabatan masa presiden dibatasi hanya dua periode, dan setelahnya harus menjadi negarawan dengan tidak lagi boleh mengikuti KONSTELASI PEMILU untuk dipilih menjadi presiden lagi.

Harus kah aturan itu dipertahankan ?

Kenyataannya setelah masa reformasi sampai sekarang, hanya dua orang presiden yang sukses memenangkan konstelasi pemilu untuk menjadi presiden. Presiden pertama ( Presiden ke enam urutan yang memimpin Indonesia itupun tidak termasuk MR. SAFRUDIN PRAWIRA NEGARA yang menjadi presiden sementara dalam masa pergolakan revolusi Indonesia ) SUSILO BAMBANG YUDOYONO yang dikenal dengan inisial SBY. Selanjutnya presiden yang sekarang lagi memimpin yaitu JOKO WIDODO, rakyat lebih familiar memanggil dengan sebutan JOKOWI.

Ketika Susilo Bambang Yudoyono purna tugas sebagai presiden, rakyat terasa mempersilahkan beliau pensiun dengan damai walaupun menyisahkan banyak persoalan ketika memimpin negeri ini.
Contoh : Kasus Hambalang yang akhirnya diistilahkan dengan nama CANDI HAMBALANG, karena proses pengerjaannya tidak tuntas dan cenderung mangkrak serta banyak lagi proyek-proyek insfrastruktur yang terbengkalai.

Belum lagi banyak kader partai beliau yang bermasalah dengan KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI ( KPK ), sampai-sampai Ketua Umum partainya juga di ISTIRAHATKAN di Hotel Prodeo.

Harapan menjadi lain ketika Joko Widodo memimpin negeri ini. Dalam masa kepemimpinannya periode pertama, KEADILAN SOSIAL benar-benar di REALISASIKAN.
Contoh : Paling gamblang adalah tentang Papua. Pulau dengan aneka sebutan yang menarik tersebut, benar-benar menjadi prioritas Joko Widodo dalam mewujudkan sila kelima dari Pancasila. Tidak hanya persamaan harga Bahan Bakar Minyak ( BBM ), TRANS PAPUA pun di bangun untuk mempermudah transfortasi, walaupun harus membelah gunung dan bukit.

Ini semua hanya untuk menciptakan keadilan sosial yang sebenarnya, dan tidaklah elok pulau Serpihan Surga Yang Jatuh ke Bumi itu semua mineralnya dikeruk, tetapi masyarakat dan alamnya dibiarkan merana. Bahkan KOTEKA masih menjadi busana keseharian masyarakat mutiara hitam tersebut. Bukti tidak adanya pemerataan pembangunan pada masa pemerintahan sebelumnya.

Kalau boleh USIL bukan USUL ataupun bukannya NYINYIR, rasanya sangat tidak pantas presiden kedua Indonesia menyandang Bapak Pembangunan. Apa yang dibangun di negeri ini, terutama di lrian Jaya ( Sebutan Papua di era Orde Baru ). Pulau penghasil berbagai mineral terbesar, tetapi RAKYAT nya begitu merana, begitu sengsara. Papua masa lalu adalah cerminan keterbelakangan pembangunan Indonesia. Bandingkan dengan sekarang !

Kepemimpinan Joko Widodo belum genap dua periode dijalani, tetapi ada rasa yang mengganjal dalam diri untuk tidak mengutarakan : ” Apa jadinya negeri ini setelah Joko Widodo tidak lagi menjadi presiden “. Bolehkan penulis mengutarakan isi hati tersebut ?

Bukan karena pendukung atau simpatisan Sosok Tinggi kurus tersebut, tetapi ini pada OBYEKTIFITAS PEMIKIRAN yang jernih dari penulis. Joko Widodo sosok yang sangat pantas untuk didambahkan menjadi pemimpin idola. Kenyataannya, Joko Widodo sanggup membawah Indonesia pada Indonesia Baru, Indonesia yang lebih hebat.

Belum genap satu tahun kepemimpinan Joko Widodo, periode kedua semakin terasa, bahwa beliau adalah sosok tangguh yang visioner. Bayangkan, permainan politik dari pecundang-pecundang negeri yang selalu dibuat gigit jari ketika Jokowi memberikan keputusan yang sangat-sangat tidak diharapkan mereka. Seperti yang lagi Up to date saat ini adalah datangnya Pandemi Corona ( Covid-19 ). Apa yang diharapkan pecundang politik jauh dari kenyataan dengan apa yang diputuskan Joko Widodo. Semua dilakukan presiden hanya untuk bangsa dan negaranya, untuk rakyat Indonesia.

Rasanya selain rakyat, negara dan bangsanya, tidak ada lagi hal serius yang dipikirkan Joko Widodo. Maka, tidak mengherankan apabila rakyat begitu sayang pada beliau. Yang membenci juga tidak sedikit, tetapi skala perbandingannya sangat JOMPLANG apabila dibandingkan dengan yang mencintainya. Maka tidak mengherankan sekalipun pembencinya berbuat apa saja, pada akhirnya menghilang bak di telan bumi.

Ingat RIZIK SIHAB ?! Hanya bisa berbuat seperti setan yang hanya bisa bengak-bengok dikejauhan tanpa berani menampakkan sosoknya di lndonesia, negeri dimana selama sebelum GO TO GURUN tempat menkais rupiah ( Apa pekerjaan si Rizik ini kalau tidak EO ( Even Organizer dengan mengadakan demo berjilid ).

Cibiran pada Joko Widodo bak gelombang yang datangnya tersusun. Semua hanya dibiarkan menggelinding dengan arah yang terskema, tetapi selalu hilang seperti tidak bertarget.

Pengganggu ?
Pembenci Joko Widodo hanyalah manusia dengan nilai manfaat minus untuk rakyat lndonesia, makanya tidak perlu di gubris atau dihiraukan. Biarkan datang tidak di undang, perginyapun tidak perlu di antar ! JALANGKUNG !

Kita yang mencintai negeri ini, Indonesia ! Haruslah berbangga hati mempunyai presiden yang kukuh dalam bersikap !

Jangan heran penulis dan banyak lagi rakyat Indonesia yang berharap Joko Widodo bisa memimpin negeri ini untuk periode ketiga.
Menyalahi aturan !
Melanggar undang-undang !
Tidak konstitusional !

Ahh !…….
Kata siapa ? Semua itu bisa di atur, yang membuat aturan atau undang-undang itu wakil kita. Wakil rakyat ! Manusia juga ternyata. Dan apabila si pembuat aturan ataupun undang-undang punya visi yang sama dengan atasannya yaitu rakyat, ya monggo dilaksanakan !

Ubah aturan tentang pemilihan presiden dan wakil presiden sebisanya, bisa di pilih untuk ketiga kali. Apa repotnya ?

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ( DPR RI ) tidak usah repot-repot melaksanakan reses untuk menampung aspirasi masyarakat tentang kehendak rakyat yang menginginkan Joko Widodo, bagaimana caranya bisa di pilih kembali setelah kepemimpinannya pada periode dua berakhir.

Masih jauh !
Tidak !
Semua itu harus dilakukan mulai hari ini. Bagaimana agar dewan di Senayan bisa merealisasikan kemauan rakyat. DPR ?! Kamu wakil rakyat loh ! Mungkin kalian sebelum duduk di kursi empuk Senayan seperti sekarang ini, jauh kebelakang mungkin kalian sering meneriakkan Voc vuli voc die ! Lupa ya ?

Lupa ya ?

Ketika rakyat menyuarakan keinganannya agar Joko Widodo bisa di pilih kembali di periode ketiga, bukan INSKONSTITUSIONAL kan ?!
Tidak kelihatan BODOH kan ?!
Rakyat semata-mata hanya ingin negeri ini selamat dan lebih maju, tidak lain dan tidak bukan Joko Widodo lah SANG PENYELAMAT itu.

Surabaya, Jum’at Pahing 5 Juni 2020.
Menjelang 119 tahun PUTERA SANG FAJAR lahir di kampung Pandean, Peneleh Surabaya.

Saya tulis Joko Widodo di saat memperingati detik-detik Bung Karno lahir tidak lain dan tidak bukan beliau ( Joko Widodo ), satu-satunya yang sanggup merealisasikan cita-cita SANG PROKLAMATOR !

” Jikalau ada yang berkata Bung Karno adalah besar, Bung Karno berkata padamu : He, pemuda dan pemudi seluruh Indonesia SOYEZ PLUS GRAND QUE NOUS, jadilah lebih besar dari pada aku ini ( Putera Fajar 239 ). ( Syam )

Kita Selamatkan Indonesia Lewat Jokowi "Presiden Bisa di Pilih Lebih Dua Periode"