A place where you need to follow for what happening in world cup

Agar Hasilnya Akurat, DPRD Jatim Minta Pelaksanaan Rapid Test Harus Tepat

128

Dinas Kominfo Jatim || Gerbang News

Warga di Jatim diminta harus memahami cara rapid test yang benar untuk mendapatkan hasil yang tepat dan akurat. Jika rapid test yang dilakukan di suatu tempat tekniknya tidak tepat, maka hasil rapid test itu false negatif (salah) karena tekniknya yang kurang tepat.

Anggota DPRD Jatim dr Benjamin Kristianto mengatakan, di tengah pandemik COVID-19 tidak memungkiri maraknya pemeriksaan rapid test dibeberapa tempat. Produk rapid test tersebut diimpor dari mancanegara, salah satunya dari China dan Korea. Tiap produk memiliki kualitas yang berbeda-beda.

“Kalau rapid test yang diimpor dari Cina kualitasnya beragam. Ada yang bagus, tapi ada juga yang tidak. Kalau dari Korea lebih baik, dan tingkat keakuratannya lebih baik,” kata Benjamin dikonfirmasi di DPRD Jatim, Senin (27/04/2020).

Benjamin menjelaskan, jika pemeriksaan rapid test kurang tepat, maka nanti hasilnya false negatif. Artinya, seseorang yang di rapid test seolah-olah hasilnya negatif, padahal teknik pemeriksaannya yang salah.

“Harus tepat agar akurat. Dampak dari hasil rapid test yang false negatif akan menjadikan seseorang tersebut merasa tidak terinfeksi virus Corona. Seseorang akan merasa percaya diri dan bangga berkumpul dengan orang banyak, padahal dia justru carrier yang menyebarkan virus ke orang sekitarnya,” terangnya.

Benjamin yang juga Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sidoarjo ini menegaskan, seseorang yang merasa hasil rapid test negatif, padahal sebenarnya positif COVID-19, dikemudian hari bisa mendadak merasakan sesak nafas berat dan tak sadarkan diri. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian.

“Teknik rapid test yang benar adalah tidak langsung menggunakan darah segar (fresh whole blood). Artinya, darah segar yang diambil tidak langsung diteteskan ke alat rapid test. Tetapi pemeriksaan sebaiknya menggunakan serum atau plasma. Mengingat antibodi yang diperiksa itu adalah immunoglobulin G (IgG) dan Immunoglobulin M (IgM),” jelasnya.

“Dilihat dulu, apakah sudah ada Immunoglobulin G/M, antibodi untuk melawan virus. Itu yang diperiksa,” lanjut pria yang juga pemilik RS Sheila Medika, Juanda, Sidoarjo tersebut.

Politisi Gerindra ini menjelaskan, IgG dan IgM sebenarnya tidak ada di seluruh darah. Tetapi antibodi ini ada di plasma atau serum tersebut. “Darah itu terdiri dari sel darah dan cairan plasma atau serum. Antibodi itu tidak ada di sel, tetapi adanya di plasma atau serum,” paparnya.

Benyamin menegaskan, saat meneteskan darah segar itu pada alat rapid test akan tertutup oleh sel, sehingga tingkat plasma berkurang atau tidak bisa menyerap. Meskipun nanti ditetesi deluent/buffer atau tetesan untuk mencairkan.

“Berarti kadarnya berkurang. Lha, kadarnya kurang ini menyebabkan seolah-olah negatif. Padahal bukan negatif, tetapi kadar yang digunakan untuk mengetes antibodi tersebut kurang banyak,” ungkapnya.

Benyamin menyebut teknik rapid test yang lebih tepat adalah mengambil darah itu, lalu dilakukan sentrifugasi (diputar dengan alat) dengan kecepatan tinggi, sehingga terpisahlah antara sel dengan plasma.

Kemudian plasma yang diambil bisa diteteskan ke alat rapid test, sehingga kandungan immunoglobulin lebih pasti dan tepat. Untuk serum/plasma cukup 10 ul, sedangkan untuk whole blood harus 2/3 kali lebih banyak. “Itu mencegah terjadinya false negatif. Padahal bukan negatif, tetapi kadarnya kurang,” tuturnya.

Beda halnya hasil rapid test positif, karena hasil tersebut biasanya tepat. Orang yang dinyatakan positif covid-19 langsung diisolasi dan diawasi untuk mendapatkan perawatan medis.

Dalam memeriksa rapid test, Benyamin mengingatkan, seseorang harus memperhatikan kualitas alat rapid dan tekniknya. “Supaya tak percuma membeli rapid atau melakukan pemeriksaan tapi hasilnya False,” pungkasnya. ( Syam )

Comments are closed.